RENUNGAN WARTA GEREJA GKJ KLATEN MINGGU, 29 OKTOBER 2023

KELUARGA YANG BERHIKMAT DAN BIJAKSANA

( Matius 22:41-45) 41 Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kata-Nya: 42  “Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?” Kata mereka kepada-Nya: “Anak Daud.”43  Kata-Nya kepada mereka: “Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata:44  Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. 45  Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?”

“ Salam damai sejahtera dan kasih karunia dari Tuhan Yesus ada pada saudara sekalian “

              Memberi pertanyaan yang sulit dijawab…itulah salah satu cara menyelami kedalaman hikmat dan akal budi lawan bicara saudara, pun sebaliknya bagi penanya akan teruji juga kedewasaan dan hikmat akal budinya dari apa yang ditanyakannya. Hikmat, akal budi yang semakin besar ada pada diri seseorang akan menjadikan orang itu semakin bijaksana. Ada orang yang akal budinya sangat tinggi, namun tidak disertai hikmat; maka dia juga tidak akan bijaksana. Sedangkan orang yang berhikmat, sekalipun akal budi intelektualnya rendah , justru tetap akan bisa menjadi orang yang lebih bijaksana dari pada sekedar orang yang punya kepandaian namun tidak disertai akal budi yang sehat.

              Tuhan Yesus mengajukan pertanyaan balik, dalam suatu peristiwa saling berdialog antara Tuhan Yesus dengan guru-guru agama orang Yahudi dan Farisi. Pertanyaan mengenai status Mesias disebut sebagai Anak Daud ? Di satu sisi Daud menyebut Mesias itu sebagai Tuannya, maka secara logis Daud bukan orang tua dari Mesis, sebab tidak mungkin seorang ayah akan memanggil anaknya dengan sebuatan Tuannya. Melalui pertanyaan ini, tidak ada seorang guru agama Yahudi maupun Farisi yang bisa memberikan jawaban dengan tepat; bahkan Injil mencatat bahwa mereka memilih untuk berdiam diri dan sama sekali tidak berani membuka percakapan apapun dengan Tuhan Yesus: “ Tidak ada seorangpun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya.” (Mat 22:46). Inilah cerminan akalbudi, hikmat, dan kebijaksanaan yang besar yang dimiliki serta ada di dalam pribadi Tuhan Yesus dengan sempurna. Keluarga Kristen dengan membangun kebiasaan positif bagi seluruh anggota keluarganya, sedang mengasah akal budi, hikmat, dan kebijaksanaan hidup keluarga tersebut. Tentu besarnya hikmat, akal budi, dan kebijaksanaan saudara sebagai keluarga Kristen tidak cukup dibuktikan dengan kesanggupan saudara menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sekalipun pertanyaan-pertanyan diskusi yang sulit. Karena hikmat dan akal budi saudara akan terasah jika saudara bisa menjawab langsung atas pergumulan-pergumulan sulit kehidupan, inilah pertanyaan dan sekaligus realita hidup yang perlu dikaji dan dicarikan jawabannya.

              Keluarga Kristen yang menumbuhkan nilai-nilai positif dalam keluarganya , maka piranti nilai hidup positif itu akan menjadi daya kekuatan, yang mampu membuat saudara bisa menerimakan tantangan, problem, dan segala jenis kesulitan hidup dengan penuh hikmat, akal budi, dan kebijaksanaan. Karena itu setiap keluarga Kristen wajib memjaga tegak berdirinya nalai-nilai positif yang sangat luhur didalam rumahtangganya masing-masing, supaya membawa keluarga Kristen yang semakin penuh dengan hikmat, akal budhi, dan kebijaksanaan. AMIEN.