BERAWAL DARI MENDENGARKAN
( Yohanes 14:25-26) 25 ¶ Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; 26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
“ Salam damai sejahtera dan kasih karunia dari Tuhan Yesus bagi saudara sekalian “
Di tengah kehidupan yang semakin sibuk dan bising, kita sering kali kesulitan untuk benar-benar mendengar. Kita mendengar suara-suara dunia, berita, opini, bahkan keluhan dan gosip, tetapi apakah kita sungguh mendengar suara Tuhan? Yesus dalam Yohanes 14:25–26 memberi janji penting kepada para murid: setelah Dia tidak lagi bersama secara fisik, akan datang Roh Kudus, Penghibur sejati yang akan mengingatkan dan mengajarkan segala sesuatu. Janji ini berlaku juga bagi kita, orang percaya masa kini. Artinya, Tuhan tidak pernah berhenti berbicara; tapi apakah kita berhenti mendengar?
1. Mendengar adalah langkah awal untuk percaya. Iman tidak muncul dari melihat, tetapi dari mendengar. Seperti yang dikatakan Rasul Paulus: “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17) Ketika kita mau membuka hati dan telinga terhadap Firman Tuhan, kita memberi kesempatan bagi Roh Kudus untuk bekerja dalam hidup kita. Tuhan tidak memaksa masuk, Ia menanti kita memberi ruang lewat pendengaran yang aktif, bukan sekadar mendengar lalu lupa. Ilustrasi: Bayangkan seorang anak kecil yang sedang belajar berjalan. Ia mendengar suara ibunya yang berkata, “Ayo, Nak, kamu bisa!” Walau ragu dan takut jatuh, suara ibunya memberi kekuatan. Begitu pula kita; suara Tuhan melalui Firman dan dorongan Roh Kudus memberi keberanian untuk melangkah dalam iman.
2. Mendengar mengubah cara kita hidup. Bukan hanya soal tahu, tapi tentang diubah. Roh Kudus bukan hanya mengingatkan perkataan Yesus, tapi juga mengajarkan kita makna terdalam dari setiap kebenaran itu, dan bagaimana menerapkannya di tengah dunia yang nyata. Yesus berkata: “Berbahagialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.” (Lukas 11:28). Artinya, mendengar tidak berhenti di telinga. Kita dipanggil untuk menjadikan Firman sebagai gaya hidup, sebagai GPS (Global Positioning System) rohani yang menuntun langkah-langkah kita. Ketika kita sungguh-sungguh mendengar, hidup kita akan mencerminkan kasih, pengampunan, kesabaran, dan pengharapan yang berasal dari Kristus.
3. Suara Roh Kudus: lembut, namun penuh kuasa. Banyak orang menunggu Tuhan berbicara lewat hal besar dan spektakuler, padahal seringkali Roh Kudus berbisik lewat kesunyian hati, ketenangan doa, dan pembacaan Alkitab. Suaranya lembut, tapi mampu menegur dan mengubah hidup. Ilustrasi: Ada seorang wanita yang setiap pagi membaca Alkitab sambil merenung. Dalam keheningan itu, ia merasa diingatkan untuk mengampuni orang yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Awalnya sulit, tapi suara lembut itu terus hadir. Akhirnya, ia memutuskan untuk memaafkan. Hatinya pun menjadi damai, dan hubungan yang rusak mulai dipulihkan. Itulah karya Roh Kudus. Dimulai dari mendengar, lalu berubah menjadi tindakan nyata yang penuh kasih.
Siapkah Kita Mendengar? Mari kita renungkan: Di tengah semua kesibukan, apakah kita emberi waktu dan ruang untuk mendengar suara Tuhan? Mendengar bukan hal pasif. Itu adalah tindakan rohani yang membuka pintu bagi Roh Kudus bekerja dalam hidup kita. Mari kita hidup sebagai umat yang aktif mendengar; bukan hanya dengan telinga, tetapi dengan hati yang peka dan iman yang siap untuk bertindak. Biarlah setiap hari kita mulai dengan doa singkat, “Tuhan, hari ini aku siap mendengar suara-Mu.”Supaya berawal dari mendengar, iman bertumbuh, hati berubah, hidup menjadi berkah.” A m i n.