RENUNGAN WARTA GEREJA GKJ KLATEN MINGGU, 06 APRIL 2025

MENYADARI & MENANGGAPI KASIH YANG TIDAK TERBATAS

(Yohanes 12:3-5) 3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. 4  Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: 5  “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang orang miskin?”

“ Salam Sejahtera, dan kasih karunia dari Tuhan Yesus ada pada saudara sekalaian …”

              Di sebuah rumah sederhana di Betania, terjadi sebuah peristiwa yang begitu menyentuh; Maria, saudara Marta dan Lazarus, memecahkan buli-buli minyak narwastu murni dan mengurapi kaki Yesus. Tindakan ini bukan sekadar ungkapan kasih, melainkan ekspresi iman yang sadar akan siapa Yesus sebenarnya. Maria telah mengalami kasih yang tak terukur, ketika Yesus membangkitkan saudaranya dari kematian. Kasih yang tak terbatas ini tidak bisa hanya ditanggapi dengan kata-kata manis, tetapi dengan tindakan yang tulus dan totalitas hati.

              Sering kali kita lebih mirip Yudas Iskariot dalam kisah ini, cepat menilai dan mempertanyakan tindakan orang lain, tanpa benar-benar memahami hatinya. Yudas melihat minyak itu sebagai nilai ekonomis, tetapi Maria melihatnya sebagai simbol kasih dan pengorbanan. Kasih sejati tidak pernah menghitung untung-rugi, sebab kasih yang sejati memberi tanpa menuntut kembali. Seperti tertulis dalam 1 Korintus 13:3, “Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku… tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.” Renungan ini mengajak kita untuk bertanya pada diri sendiri: sudahkah kita benar-benar menyadari kasih Yesus yang begitu besar dalam hidup kita? Dan jika sudah, bagaimana kita menanggapinya? Apakah hanya dengan ibadah mingguan yang rutin tapi hati kosong? Atau kita mau seperti Maria, yang rela memberikan yang terbaik bagi Tuhan, walau tidak dipahami orang lain? Kasih Tuhan tidak bersyarat, tapi respons kita terhadap kasih itu menunjukkan seberapa dalam kita mengenal-Nya. Tindakan Maria adalah pengingat bahwa iman tidak selalu masuk akal di mata dunia, namun selalu bermakna di mata Tuhan. Seperti tertulis dalam Mazmur 116:12, “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?” Jawabannya: dengan hidup yang dipersembahkan bagi-Nya.

              Mari kita belajar dari Maria untuk berani menyatakan kasih kepada Tuhan melalui tindakan nyata, bukan sekadar kata. Karena kasih yang tak terbatas layak dibalas dengan penyerahan diri yang tanpa batas pula. “Kasih yang besar hanya bisa ditanggapi dengan pengorbanan yang tulus, bukan perhitungan logika.” Tuhan memberkati. A M I E N.