BAPTISAN YESUS SEBAGAI SOLIDARITAS ALLAH
( Lukas 3:21,22) 21 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit 22 dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
“ Salam sejahtera, kasih karunia dan damai sejahtera dari Tuhan Yesus ada pada saudara sekalian “
Dalam Injil Lukas, kita melihat momen penting ketika Yesus dibaptis di Sungai Yordan. Baptisan ini bukan sekadar simbol, tetapi pernyataan solidaritas Allah kepada manusia. Yesus, yang tidak berdosa, memilih untuk menjalani baptisan sebagai bentuk identifikasi-Nya dengan umat manusia. Melalui tindakan ini, Yesus menunjukkan bahwa Ia hadir bukan untuk dihakimi, tetapi untuk menanggung beban dosa manusia. Sebagaimana tertulis dalam Yesaya 53:4-5, “Sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya.” Baptisan ini menjadi awal pelayanan Yesus yang dipenuhi oleh kasih dan pengorbanan.
Dalam konteks kehidupan masa kini, solidaritas seperti yang ditunjukkan Yesus menjadi teladan bagi kita sebagai jemaat. Ketika Yesus menundukkan diri-Nya untuk dibaptis, Ia memberi pesan kuat bahwa setiap orang adalah bagian dari keluarga Allah. Lukas 2:21-22 juga mengingatkan kita akan ketaatan Maria dan Yusuf dalam menjalankan tradisi Yahudi, sebuah tindakan yang menunjukkan penghormatan kepada Allah. Hal ini menjadi undangan bagi kita untuk selalu taat dalam kehidupan rohani, tidak hanya secara ritual, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dalam 1 Yohanes 4:11-12 dikatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka kita juga harus saling mengasihi.” Hidup dalam solidaritas dan kasih kepada sesama. Solidaritas berarti bersedia menanggung beban bersama, peduli, dan hadir bagi orang-orang yang membutuhkan. Dalam praktiknya, jemaat dapat menerapkannya dengan menjadi komunitas yang mendukung, seperti mengunjungi orang sakit, membantu yang kekurangan, atau hanya mendengarkan mereka yang sedang mengalami kesulitan. Hal-hal sederhana ini mencerminkan kasih Allah yang nyata di dunia ini. Mari kita meneladani ketaatan dan kasih Yesus dengan menjadi terang bagi dunia, sebagaimana Ia telah menjadi terang bagi kita. Semoga renungan ini menginspirasi kita untuk terus hidup dalam kasih dan solidaritas, sebagaimana Yesus telah mengajarkannya kepada kita.
A m i e n. ==SP==