MAKIN DISUKAI ALLAH DAN SESAMA
Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. (Lukas 2:52)
“ Salam sejahtera dan damai Kristus senantiasa beserta saudra sekalian… “
Memasuki Mingggu Natal I ini, kita disadarkan keberadaan kita saat ini ada di tengah hiruk-pikuk kehidupan masyarakat modern yang pluralis, sebagai jemaat gereja yang mapan, kita sering dihadapkan pada tantangan nyata: masalah ekonomi, utang-piutang, pengangguran, konflik keluarga, bahkan pengaruh kuasa kegelapan. Di tengah tekanan ini, bagaimana kita bisa hidup sesuai tema Minggu ini, “Makin Disukai Allah dan Sesama”?
Bacaan dari Lukas 2:41-52 memberi teladan yang luar biasa dari kehidupan Yesus muda. Di usia 12 tahun, Yesus menunjukkan prioritas hidup yang selaras dengan kehendak Allah. Ia lebih memilih berada di rumah Allah, mendengarkan, bertanya, dan belajar daripada hanya mengikuti rutinitas. Ayat 49 menjadi inti: “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Yesus menempatkan kehendak Bapa sebagai pusat hidup-Nya. Dalam konteks kita, pertanyaannya adalah: sudahkah kita menempatkan Allah sebagai prioritas utama? Saat tantangan hidup menghimpit, mudah bagi kita untuk terjebak dalam kepanikan, saling menyalahkan, atau bahkan mengandalkan cara duniawi. Tetapi, Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa ketaatan dan hikmat dari Allah-lah yang mampu menuntun kita menghadapi setiap pergumulan. Perhatikan juga hasil dari hidup Yesus: “Dan Yesus makin bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Lukas 2:52). Ini adalah gambaran kehidupan Kristen yang ideal; menjadi berkat bagi sesama sekaligus berkenan kepada Allah. Dalam relasi dengan sesama, kita dipanggil untuk mempraktikkan kasih. Efesus 4:32 mengingatkan: “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.”
Mari kita refleksikan: apakah kita sudah menjadi terang dan garam di lingkungan sekitar? Dalam konflik keluarga, mampukah kita memberi maaf? Dalam masalah ekonomi, apakah kita mengandalkan hikmat Allah? Ingatlah bahwa Allah selalu menyediakan jalan keluar bagi mereka yang bersandar pada-Nya (1 Korintus 10:13). Renungan ini mengundang kita untuk kembali mengarahkan hati kepada Allah. Dengan hidup dalam hikmat dan kasih, kita tidak hanya makin disukai Allah, tetapi juga menjadi berkat nyata bagi sesama di tengah masyarakat yang penuh tantangan. AMIN.