RENUNGAN WARTA GEREJA GKJ KLATEN MINGGU, 29 SEPTEMBER 2024

MENJADI GARAM DALAM HIDUP

(Markus 9:50) Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”

“ Salam damai sejahtera dari Tuhan Yesus Kristus bagi Saudara sekalian “

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar tentang garam sebagai bumbu dapur yang memberi rasa pada makanan. Namun, Yesus memberikan pengertian yang lebih mendalam tentang garam dalam Markus 9:38-50. Ia berkata, “Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan hidup berdamai seorang dengan yang lain” (Markus 9:50). Pernyataan ini mengingatkan kita akan panggilan hidup kita sebagai orang percaya untuk menjadi “garam dunia” (Matius 5:13).

Apa sebenarnya arti “menjadi garam” dalam kehidupan kita? Garam berfungsi untuk memberi rasa, menjaga keutuhan, dan mencegah pembusukan. Begitu pula, kita dipanggil untuk memberi rasa dalam dunia yang sering kali hambar oleh kejahatan, dosa, dan ketidakadilan. Kehadiran kita sebagai pengikut Kristus harus membawa pengaruh positif di tengah masyarakat, keluarga, dan lingkungan sekitar. Namun, Yesus juga memberikan peringatan tegas dalam Markus 9:42-50. Dia menekankan pentingnya menjaga diri dari hal-hal yang dapat merusak iman, terutama dosa-dosa yang mempengaruhi orang lain. Yesus berkata, “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dibuang ke dalam laut” (Markus 9:42). Ini adalah panggilan untuk menjaga kesucian hati, perkataan, dan tindakan kita, agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Selain itu, sebagai garam, kita juga dipanggil untuk menjaga integritas dan keutuhan iman kita. Dalam Kolose 4:6, Paulus mengingatkan, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Garam yang hilang rasanya tidak berguna lagi; demikian pula iman yang kehilangan kekudusannya akan kehilangan pengaruhnya.

Oleh karena itu, marilah kita selalu berusaha menjadi garam yang menjaga rasa dan nilai-nilai kebenaran di dunia ini, membawa pengaruh positif, serta hidup dalam kekudusan. Dengan demikian, kita dapat menjadi saksi Kristus yang sejati, yang membawa perubahan di tengah dunia yang penuh tantangan. AMIEN .